Opini Tentang Depresi

Disclaimer: mengutarakan opini, sudut pandang pribadi 


Akhir-akhir ini depresi jadi topik yang sedang sering diperbincangkan, terutama ketika ada berita selebriti yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebenarnya perihal bunuh diri sudah sering saya temukan di Jepang; yang paling sering adalah kasus bunuh diri dengan terjun ke area perlintasan kereta api ketika kereta api sedang melaju (bahasa gue kayak di buku teks sekolah ya haha). Sebenarnya saya masih gak bisa melihat batas/limit jelas yang mendefiniskan bahwa seseorang sedang depresi karena irisannya banyak (reminds me with Venn diagram, LOL): menyinggung mental health dari sudut pandang medis, kadar kesulitan yang dihadapi, kadar kekuatan mental seseorang. Walaupun ada definisi depresi berdasarkan gejala-gejala yang timbul, tapi sulit juga untuk menggunakan parameter ini karena gejala setiap orang berbeda-beda. (Ini udah kayak mau penelitian aja, but it indeed should be treated in deeper look)



Jadi, saya pribadi melihat secara general saja. Depresi biasanya datang ketika ada masalah yang datang dan orang tersebut kesulitan dalam mengatasinya. Awal mulanya stress. Sebenarnya beberapa kali saya pernah menghadapi keadaan seperti itu tapi seperti dilihat sekarang: "badai pasti berlalu". Saya juga gak tahu akan ada masalah seperti apa lagi. Kalo dipikir selama ini, hidup itu adalah kumpulan episode (re: masalah). Setelah episode 1 kelar, jeda, trus ada episode kedua dengan level tes kesabaran yang berbeda-beda, begitu seterusnya. Tapi, satu hal yang pasti diminta sama Allah, "lindungi hamba selalu dari keburukan, mohon ampun terhadap dosa-dosa." Berikut beberapa poin yang biasa saya selalu ingat-ingat kembali ketika lagi dihadapkan pada masalah. Reminder buat pribadi juga. 

1. Hidup Itu Perjuangan 
Ini kalimat sakti yang dikatakan Ayah saya ketika menasihati anak-anaknya. Sebagai anak sulung, saya tahu persis bagaimana lika-liku kehidupan keluarga selama ini. Tahu banget perjuangan Ayah seperti apa. Jadi kalo hidup itu sakit, ya itu perjuangan, kata Ayah. Seperti sebuah hadist yang mengatakan kurang lebih seperti ini, "hidup itu seperti penjara bagi orang yang beriman." Bener sih. Tapi mau gimana lagi, saya udah ditakdirkan hidup di dunia, berarti ada peran saya di sini, sekecil apapun itu. We are not the only heros to change the world immediately. We run within our own path. 

2. Badai Pasti Berlalu 
Waktu itu ketika sedang dalam masalah kegalauan yang amat berat (ciee), saya mendapati video ustadz Nouman Ali Khan (ehhem ustadz favorit saya). Ceramahnya sangat memberikan pencerahan tentang bagaimana seharusnya ketika menghadapi masalah, judulnya: Facing Calamity with Iman


Ketika saya ikut workshop self-esteem, ada psikolog Bona Sardo yang menjelaskan kira-kira begini: "segala sesuatu itu pasti berlalu kok pada akhirnya, jadi sabar aja."

3. Hidup Itu Tentang Menunggu 
Kalo yang saya lihat, ketika ada masalah, yang diuji adalah kesabaran, kesabaran untuk menunggu segala sesuatunya berubah menjadi lebih baik dengan keputusan yang kita buat. Ketika saya membaca artikel mba Dewi tentang perihal menunggu, memberikan pencerahan sekali tentang hidup. Mba Dewi bilang, pada hakikatnya hidup itu perihal menunggu: menunggu dapet beasiswa, menunggu kerjaan, menunggu menikah, menunggu memiliki anak, sampai pada akhirnya adalah menunggu kematian. Namun, menunggu itu menjadi berarti di mata Allah ketika kita bisa menjalaninya dengan baik. Bener sih. Jadi pengingat juga kalau pada akhirnya yang dinilai di mata Allah (wallahu'alam bisshowab) adalah bagaimana kita ketika ada di proses menunggu itu dalam banyak episode. 

Article link :


4. Memperbanyak Doa 
Ketika saya gundah-gulana, gak tahu harus berbuat apa dalam menyelesaikan masalah, saya gak berhenti minta sama Allah buat diberikan jalan keluar. "Ya Allah, saya yang gak tahu apa-apa ini, bahkan gak tahu persis apa yang terbaik buat saya sendiri dan Engkaulah yang tahu persis apa yang terbaik buat saya, hamba mohon bukakanlah jalan untuk hamba." Doanya sebenarnya ada bagian dari doa istikharah. Berdoa nya ya tergantung masalah yang sedang dihadapi. 

Termasuk ketika saya kehilangan kunci lab haha. Ketika sedang masa sibuk-sibuknya praktikum untuk mengumpulkan data penelitian, saya kehilangan kunci lab yang biasa saya bawa ke lab (ya iyalah), tergabung bersama kunci rumah (LOL, ini sisi epic-nya). Dan hanya orang yang menggunakan alat lab saja yang diberikan kunci (berhubung saya menumpang memakai alat di lab orang lain). Jadi, tidak ada kunci pengganti. Panik dong, tapi pasrah. Trus saya shalat Ashar dan berdoa semoga kuncinya ketemu entah bagaimana caranya. Dan.. alhamdulillah ketemu. Padahal udah dicari kemana-mana dibantu teman masih juga gak ketemu. Akhirnya teman saya itu menemukan kuncinya terselip di balik meja alat praktikum. Dia bilang, ga tau kenapa tiba-tiba saya ngeliat ada yang berkilau-kilau di balik meja pojok sana dan ternyata itu kunci. Entah bagaimana itu kunci bisa mental hahaha. Saya rasa ketika saya geser-geser alat praktikum, itu kunci ikut kegeser. Gak biasanya saya taro di atas meja. Inilah bukti bahwa sekecil apapun masalah, minta tolong sama Allah. Karena saya memilih untuk beragama dan agam yang saya pilih itu Islam, jadi setiap aspek dalam kehidupan saya akan saya lihat dalam perspektif Islam. 

Memang sih ketika kita ada dalam suatu masalah, sekeras apapun kita berusaha untuk keluar dalam kotak itu, sisi emosional manusia terkait masalah itu, entah sedih banget, kesel banget, kecewa, marah, merasa tertipu, gak tahan, dll, tetap akan muncul. Tapi ya itulah naturalnya manusia, alami, wajar. Tapi gak wajar kalo gak bisa dikendalikan, terlebih ketika berakhir pada bunuh diri. Ini mungkin ya titik momentum dimana depresi itu terjadi. Sebagai seorang muslim, senjata andalan pribadi ya mendekatkan diri kepada Allah, perbaiki hubungan dengan Allah. Namanya juga manusia, asal kata dari bahasa arab 'Nas' artinya pelupa, ada aja kalanya ngerasa jauh dari Allah, naluri negatif manusia-nya jadi gak bisa dikontrol. Manusia kan memang diciptakan dengan pikiran, perasaan, dan hawa nafsu. Itu tuh tantangannya. 

Baiklah, sekian tulisan saya tentang depresi. Mudah-mudahan bisa menjadi pencerah. Mohon maaf jika ada salah kata atau banyak hal yang ternyata belum saya ketahui. 

Comments

Anonymous said…
tulisannya bagus
Ayu Nuradi said…
terima kasih sudah membaca